LAPORANMASTER PLAN PENGELOLAAN SAMPAH. 1. Nota Kesepahaman (MoU) (1.1 - 1.2) 2. Komite pengarah untuk Kota Banda Aceh (2.1 - 2.3) 3. Pihak terkait yang menjadi rujukan selama proses penyusunan Master Plan (3.1 - 3.3) 4. Peraturan/undang-undang tentang sampah dan sampah beracun 5. Contohteks laporan hasil observasi sampah definisi umum sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Laporan hasil penelitian geografi. Memang tidak mudah untuk memecahkan masalah tentang sampah. RppDaring Geografi Kelas Xi Semester 1 Geografi Rencana Pembelajaran Ilmu Sosial . Kelompok 3 XII-7 M. Laporan penelitian geografi. MakAlah geografi Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Geografi DESA CIGOMBONG Disusun oleh. Kemudian dilanjutkan dengan keluarnya. Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong 1. Pendahuluanlaporan biasanya berisi tentang mengapa laporan tersebut dibuat. Berikut salah satu contoh pendahuluan laporan yang bisa dipertimbangkan. Hasil penelitian lain juga menyampaikan setidaknya 95% daripada respons manusia terhadap satu kondisi tertentu terjadi secara otomatis." Jumlah sampah yang ada di berbagai negara sudah Contohlaporan business model canvas contoh laporan daring guru smp doc contoh laporan evaluasi diri sekolah smp contoh laporan hasil penelitian geografi tentang banjir. Klik di sini untuk menampilkan contoh karya tulis ilmiah tentang sampah. Source: kabarindia.clodui.com Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Penelitian Tentang Sampah Kualitatif Kuantitatif Penelitian Relevan Terdahulu Proposal Penelitian Skripsi Tesis Disertasi Jurnal Ilmiah Hasil Penelitian Di bawah ini adalah sejumlah Penelitian Tentang Sampah yang diambil dari beberapa kampus di Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan berbagai macam metode dan pendekatan penelitian, sehingga untuk kamu yang sedang mencari informasi tentang penelitian dengan tema serupa punya banyak pandangan. Kumpulan Penelitian Tentang Sampah, sangat bermanfaat sebagai sumber penulisan “penelitian relevan” atau penelitian terdahulu yang ada dalam proposal penelitian, agar penelitian yang akan dilakukan dapat menemukan hasil penelitian terbaru. Analisis Potensi Nilai Ekonomi Sampah Perumahan Kota Pontianak Dalam abstraksi terdapat informasi ini Pengelolaan sampah di Kota Pontianak masih menerapkan paradigma lama dimana sistem yang dilakukan adalah pengangkutan, pengumpulan, dan pembuangan di Tempat Pemrosesan Akhir TPA. Penerapan paradigma lama tersebut membuat penanganan sampah yang dilakukan kurang efisien. Sampah yang diangkut, dikumpulkan dan dibuang di TPA masih memiliki nilai ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis timbulan dan komposisi sampah Perumahan di Kota Pontianak serta menganalisis potensi dan nilai ekonomi sampah Perumahan di Kota Pontianak. Sampling timbulan dan komposisi sampah dilakukan selama 8 delapan hari berturut-turut sesuai dengan SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Hasil berat sampah dari tiap komposisi sampah kemudian dikonversi dengan nilai ekonomi sampah yang ditentukan oleh Bank Sampah Rosella Kota Pontianak dan sampah organik yang diolah menjadi kompos didasarkan pada nilai harga kompos yang ada di Jalan Sei Landak Timur Perumnas 4 Kota Pontianak. Total timbulan sampah Perumahan Kota Pontianak sebesar 126895,82 kg/hari atau 126,89 ton/hari. Komposisi sampah Perumahan Kota Pontianak yang memiliki persentase sampah tertinggi yaitu sampah organik dengan jenis sampah organik lainnya dengan presentase sebesar 63,44% dan sampah anorganik tertinggi dengan jenis sampah anorganik lainnya dengan persentase sebesar 20,43%. Persentase sampah organik jenis sampah kardus 1,21%, koran 0,54%, kertas putih 0,81%, dan kertas kulit 3,12%. Persentase sampah anorganik jenis sampah botol 3,37%, gelas plastik 1,41%, kaleng 1,11%, botol dan plastik berwarna 2,25%. Persentase B3 sebesar 2,31%. Potensi nilai ekonomi sampah Perumahan Kota Pontianak sebesar Potensi nilai ekonomi sampah tahun 2016 sebesar Pengelolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri Dalam abstraksi terdapat informasi ini Pengelolaan secara zero waste merupakan pengelolaan dengan melakukan pemilahan, pengomposan dan pengumpulan barang layak jual. Pemilahan sampah dalam rumah tangga harus didukung fasilitas pewadahan berupa tong sampah yang memadai. Tong sampah yang harus disediakan dalam rumah cukup dibagi untuk 2 jenis sampah yaitu sampah organik basah dan sampah anorganik kering. Sampah yang telah terpilah menjadi sampah basah dan kering selanjutnya dilakukan pengelolaan yaitu pengomposan dan pengumpulan sampah layak jual. Pengomposan merupakan teknik untuk mengolah sampah organik yang berupa sampah sisa makanan, sisa potongan sayur dan buah atau sampah dapur dan sampah dari sapuan halaman rumah. Jika sampah organik rumah tangga dikelola secara mandiri on site dengan cara dikomposkan maka sampah anorganik harus dikelola dengan bantuan pihak ketiga off site. Pihak ketiga yang dapat mendukung pengelolaan sampah anorganik rumah tangga adalah para pelaku USAha daur ulang informal antara lain pemulung, tukang loak, pengrajin produk daur ulang khusus untuk sampah plastik kemasan berlapis aluminium foil serta ada alternatif baru yaitu menabung sampah di bank sampah. Perancangan Sistem Pemilahan, Pengeringan Dan Pembakaran Sampah Organik Rumah Tangga Dalam abstraksi terdapat informasi ini Perancangan sistem pemilahan, pengeringan dan pembakaran sampah organik rumah-tangga yang tepat dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pemilahan sampah bertujuan memisahkan jenis sampah yang berpotensi menghasilkan emisi gas buang dan abu sisa pembakaran yang berpotensi mencemari lingkungan, seperti logam, plastik, baterai, kertas, bahan cat, ban bekas. Pengeringan sampah bertujuan untuk mengurangi volume sampah, menstabilkan, dan meningkatkan nilai-panas sampah. Variabel yang berpengaruh terhadap emisi gas buang hasil pembakaran sampah antara lain jenis sampah, nilai-panas sampah dan kelebihan udara untuk pembakaran. Tulisan ini menyajikan paparan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan dampak pemilahan sampah, pengeringan sampah, dan pembakaran sampah terhadap emisi gas buang. Hasil-hasil penelitian ini dijadikan sebagai dasar acuan dalam perancangan sistem. Perancangan Sistem Pemilahan, Pengeringan Dan Pembakaran Sampah Organik Rumah Tangga Dalam abstraksi terdapat informasi ini Perancangan sistem pemilahan, pengeringan dan pembakaran sampah organik rumah-tangga yang tepat dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pemilahan sampah bertujuan memisahkan jenis sampah yang berpotensi menghasilkan emisi gas buang dan abu sisa pembakaran yang berpotensi mencemari lingkungan, seperti logam, plastik, baterai, kertas, bahan cat, ban bekas. Pengeringan sampah bertujuan untuk mengurangi volume sampah, menstabilkan, dan meningkatkan nilai-panas sampah. Variabel yang berpengaruh terhadap emisi gas buang hasil pembakaran sampah antara lain jenis sampah, nilai-panas sampah dan kelebihan udara untuk pembakaran. Tulisan ini menyajikan paparan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan dampak pemilahan sampah, pengeringan sampah, dan pembakaran sampah terhadap emisi gas buang. Hasil-hasil penelitian ini dijadikan sebagai dasar acuan dalam perancangan sistem. Karakteristik Peningkatan Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat melalui Bank Sampah Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah menjadi persoalan kompleks di kota-kota besar di Indonesia, oleh karena itu diperlukan adanya penyelesaian yang komprehensif dan terintegrasi serta didukung oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu kota besar yang mengalami permasalahan mengenai pengelolaan sampah adalah Kota Semarang. Pengelolaan sampah yang optimal membutuhkan alternatif-alternatif. Salah satu alternatif yang diresmikan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam menangani masalah pengelolaan sampah yaitu pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program Bank sampah. Bank Sampah Sari Asri adalah kelompok sosial di Kota Semarang yang didirikan oleh masyarakat di Kelurahan Tandang dan didukung oleh yayasan ChildFund dan KOMPASS dengan tujuan untuk keberlanjutan lingkungan yang berfokus pada penanganan masalah pengelolaan sampah khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Bank Sampah Sari Asri merupakan salah satu terobosan untuk mengurangi dampak yang merugikan dalam pengelolaan sampah yang kurang optimal. Program Bank Sampah Sari Asri terbukti sebagai salah satu upaya peningkatan pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Tandang. Karena didalam program bank sampah mengandung unsur konsep 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle yang mampu mengurangi volume sampah. Namun dalam pelaksanaannya, masih terdapat masyarakat yang tidak memahami dan melaksanakan program-program yang dicanangkan oleh Bank Sampah Sari Asri. Sistem Perancangan Tempat Sampah Logam dan Non Logam dengan menggunakan Aplikasi Inventor Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah masih menjadi masalah umum yang sering dihadapi dalam lingkungan masyarakat. Di Indonesia sendiri masalah sampah masih menjadi fokus pemerintah untuk dapat dikelola dan ditangani dengan baik. Persoalan sampah yang sering muncul yaitu kebiasaan masyarakat yang masih banyak membuang sampah tidak pada tempatnya, serta pengelolaan sampah yang belum maksimal. Sehingga membuat sampah-sampah yang ada menjadi berserakan di beberapa tempat, menimbulkan bau yang sangat menyengat, bahkan menjadi pemicu terjadi nya bencana banjir. Pada penelitian ini telah dirancang sebuah tempat sampah pintar yang dapat mengukur tinggi sampah, memilah sampah logam dan logam, serta dapat memantau tinggi sampah dan memberikan notifikasi kepada petugas sampah ketika tempat sampah sudah penuh melalui aplikasi android. Pada perancangan ini, sensor ultrasonik digunakan untuk mengukur tinggi sampah. Sedangkan untuk pemilahan sampah logam dan non logam menggunakan sensor infrared dan proximity. Sistem saling bekerja melalui jaringan internet menggunakan mikrokontroler NodeMcu untuk menghubungkan antara rancangan tempat sampah dengan aplikasi android yang dibuat menggunakan MIT App Inventor. Berdasarkan pengujian alat dan aplikasi yang telah dilakukan, sensor ultrasonik dapat mengukur tinggi sampah dengan persentase akurasi sebesar 94,07 % dan persentase errornya sebesar %, sensor proximity dapat mendeteksi benda logam pada jarak maksimum 3 mm, serta aplikasi tempat sampah pintar yang dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Prototipe Sistem Pengukur Ketinggian Permukaan Sampah pada Tempat Pembuangan Sementara Menggunakan Arduino dan Web Gis Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah adalah limbah yang tidak digunakan lagi bisa dalam bentuk padat, cair, atau gas. Sampah membuat lingkungan tidak nyaman karena menyebabkan bau busuk. Masalah sampah menjadi kendala pada setiap kota di Indonesia. Kota pekanbaru merupakan kota memiliki masalah pengelolaan sampah, karena memiliki penduduk yang padat. Tempat pembuangan sampah tersebar di beberapa titik seperti di pasar, mall, dan pemukiman penduduk di seluruh kota. Untuk menangani sampah petugas kebersihan secara rutin mengangkut sampah dari tempat pembuangan sampah sementara sekali dalam sehari. Masalah yang timbul adalah banyaknya tempat pembuangan sampah menyulitkan petugas kebersihan untuk mengendalikan dan mengontrol sampah, yang dapat mengakibatkan sampah tidak diangkut pada hari yang sama. Banyaknya tempat pembuangan sampah sementara membuat petugas tidak mengetahui tempat pembuangan sampah yang sudah penuh. Hal inilah yang mendasari penulis membuat prototipe sistem pengukuran ketinggian sampah di tempat pembuangan sementara menggunakan arduino terintegrasi dengan web gis. Tujuan pembuatan sistem untuk memberikan peringatan alarm pada petugas kebersihan tempat pembuangan sampah sementara sudah penuh. Juga untuk mengontrol kapasitas maksimum realtime tempat pembuangan sampah melalui peta secara online. Dengan berjalannya sistem ini akan membantu petugas kebersihan mengetahui lokasi sampah sudah menumpuk. Petugas akan memprioritaskan tempat pembuangan yang sudah penuh untuk diangkut ke pembuangan akhir. Perancangan Tempat Sampah Pembuka Tutup Otomatis dan Indikator Kapasitas Dalam abstraksi terdapat informasi ini Tempat sampah sudah banyak tersedia diberbagai tempat, namun masih ada sebagian masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Sampah-sampah yang dibuang sembarangan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta kuman dan bakteri yang menyebabkan penyakit. Untuk menyadarkan kembali masyarakat, beberapa tempat sampah dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik untuk membuang sampah pada tempatnya. Tempat sampah yang dirancang dapat membuka penutup tempat sampah secara otomatis, akan mendeteksi sampah yang masuk dan mendeteksi kapasitas sampah ketika terisi penuh. Ketika sampah tersebut dimasukkan ke dalam tempat sampah, maka akan terdeteksi dan akan langsung mengeluarkan suara yang disimpan melalui modul MP3 yang berbunyi “Terima kasih telah membuang sampah pada tempatnya, jaga kebersihan lingkungan di sekitar Anda”. Selanjutnya, ketika sensor photodiode mendeteksi sampah yang sudah terisi penuh, data tersebut akan dikirim ke modul indikator LED melalui frekuensi radio dengan modulasi gaussian frequency shift keying GFSK. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, seluruh modul sensor, modul pemroses, modul pengirim dan modul penerima dinilai dapat bekerja dengan baik dan efektif. Sistem yang telah dibuat sedemikian rupa diharapkan dapat membantu masyarakat agar mau membuang sampah pada tempatnya. Dalam abstraksi terdapat informasi ini Berdasarakan hasil observasi diketahui bahwa mayoritas ibu-ibu Desa Keji adalah ibu rumah tangga yang menghabiskan banyak waktu di rumah, namun demikian kesadaran untuk mengelola sampah sangat rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Fasilitas pembuangan sampah dan Fasilitas pengelolaan sampah sangat minim, hanya tersedia dua tempat sampah besar untuk menampung sampah setiap harinya untuk seluruh warga. Hal ini sangat ironi mengingat Desa Keji merupakan salah satu desa menjai target sebagai Desa Wisata di Kabupaten Semarang. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah 1 peningkatan kesadaran masyarakat terutama ibu rumah tangga akan pentingnya pengeloaan sampah; 2 memberikan tambahan pengetahuan tentang edukasi pengelolaan sampah; 3 memberikan edukasi tentang penataan lingkungan melalui aplikasi Bank Sampah; 4 melakukan pendampingan mengenai administrasi pengelolaan Bank Sampah. Solusi yang ditawarkan adalah workshop, penyuluhan, dan pendampingan melalui metode Participatory Rural Appraisal PRA. Kegiatan pengabdian telah diselesaikan dengan baik, terjadi peningkatan pemahaman peserta pengabdian mengenai pemilahan sampah untuk mendapatkan harga jual sampah yang lebih tinggi, dan administrasi Bank Sampah sebagai tempat untuk penyaluran sampah yang telah dipilah dan sebagai media untuk pengelolaan keuangan dari hasil sampah. Analisis Dampak Limbah/sampah Rumah Tangga terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah atau limbah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari di rumah tangga yang tidak termasuk tinjak dan sampah spesifik. Dampak limbah rumah tangga dapat mempengaruhi pencemaran lingkungan seperti penurunan kualitas udara, maka akan mempengaruhi terhadap tingkat kesehatan bagi orang lain. Peraturan Rumah Tangga No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dalam mengelola limbah atau sampah rumah tangga, yang terjadi seperti mengurangi tingkat kepedulian dari lingkungan rumah tangga itu sendiri, mengurangi tempat-tempat pembuangan sampah, serta meningkatkan penegakan hukum terhadap para pelanggarnya. Beberapa cara pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan yang baik terhadap pengelolaan sampah seperti halnya daur ulang, pembakaran, persiapan, pengomposan, dan pembusukan. Note Informasi yang kamu dapatkan adalah informasi abstraksi dari penelitian tentang Sampah. Untuk Selengkapnya kamu bisa klik link atau judul dari masing-masing daftar di atas. 77% found this document useful 13 votes12K views8 pagesDescriptionLaporan Hasil Penelitian GeografiCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?77% found this document useful 13 votes12K views8 pagesLaporan Hasil Penelitian GeografiJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Agus, R. N., Oktaviyanthi, R., & Sholahudin, U. 2019. 3R Suatu Alternatif Pengolahan Sampah Rumah Tangga. Kaibon Abhinaya Jurnal Pengabdian Masyarakat, 12, 72. Agustiningsih, D., Sasongko, S. B., & Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi, 92, 64-71–71. BPS. 2019. Kecamatan Matan Hilir Selatan Dalam Angka 2019 M. . Munawir, SE ed.. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ketapang. Hasibuan, R. 2016. Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup. Advokasi, 0401, 42–52. Listia Rahmania, A. R. 2016. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Persamaan Linier Satu Variabel. JMPM Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 12, 165. Marliani, N. 2014. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Sampah Anorganik Sebagai Bentuk Implementasi. Formatif, 42, 124–132. Mujahidah, Mappiratu, & Sikanna, R. 2013. Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga. Journal of Natural Science, 21, 25–34. Norival, A. 2018. Perilaku Masyarakat di Bagian Tengah Batang Ino terhadap Sampah di Nagari Salimpaung Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Buana, 21, 262. Nugraha, A., Sutjahjo, S. H., & Amin, A. A. 2018. Analisis Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Jakarta Selatan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Journal of Natural Resources and Environmental Management, 81, 7–14. Penny, L., H. Untung, B., Rizmi, Y., & Daniel, I. 2012. Kajian Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Bantaran Sungai Martapura Terhadap Lingkungan Perairan. EnviroScienteae, 83, 117–126. Putra, A. S. 2014. Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi Ruas Sungai Pulau Kemaro Sampai Dengan Muara Sungai Komering. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 23, 603–609. Putra, H. P., Taufiq, A. R., & Juliani, A. 2013. Studi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Keluarga terhadap Sikap dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan, 52, 91–101. Putra, T. P., Adyatma, S., & Normelani, E. 2016. Analisis Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Martapura Dalam Aktivitas Membuang Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat. Jurnal Pendidikan Geografi, 36, 23–35. Ririn Setyowati, S. A. M. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Kesmas National Public Health Journal, 712, 562. Riswan, Sunoko, H. R., & Hadiyanto, A. 2011. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KECAMATAN DAHA SELATAN. Jurnal Ilmu Lingkungan, 91, 31–39. Sahwan, F., Wahyono, S., & Suryanto, F. 2016. Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga Yang Dibuat Dengan Menggunakan ”Komposter” Aerobik. Jurnal Teknologi Lingkungan, 123, 233. Sari, P. N. 2016. ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DI KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM. Kesehatan Masyarakat Andalas, 102, 157–165. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. Sugiyono. 2017. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. Sulistyowati, R., & Wibowo, D. A. 2012. RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM Pleourotus ostreatus AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DAN LAMA PENGOMPOSAN JERAMI SEBAGAI MEDIA TANAM. JURNAL ILMU LINGKUNGAN, 102, 70–75. Susanti, E. Y., Adhi, S., & Manar, D. G. 2014. Analisis Faktor Penghambat Penerapan Kebijakan Sanitary Landfill di TPA Jatibarang Semarang Sesuai Dengan Undang-Undang Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Diponegoro Journal of Social and Political Science, 10, 1–10. Usman, S. 2016. STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 53, 349–359. Widiarti, I. W. 2012. Pengelolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri. Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan, 42, 101–113. Widodo, S. A. 2013. Analisis Kesalahan Dalam Pemecahan Masalah Divergensi Tipe Membuktikan Pada Mahasiswa Matematika. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 462, 106–113. [email protected] Yudhistirani, S. A., Syaufina, L., & Mulatsih, S. 2015. Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga. Jurnal Konversi, 42, 29–42. Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. 2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Prosedur Polya. Jurnal Tadris Matematika, 12, 137–144. The limitations of waste management in the Cipayung Landfill TPA causing a buildup of garbage up to more than 30 meters. This condition has a health impact on people in Cipayung Village. This study aims to analyze the impact of waste management at Cipayung Landfill on public health in Cipayung Village, Depok City. The research is descriptive qualitative. Data obtained by purposive sampling. Data was collected by interviews, observation and documentation. Based on interviews with 30 respondents, it was found that the most common diseases were diarrhea, then other types of stomach ailments, subsequent itching on the skin and coughing. This is presumably because the environmental conditions in the form of unhealthy air and water and clean and healthy living behaviors PHBS have not become the habit of the people. The results indicated that there were no respondents who had implemented all of these criteria. In general respondents have implemented 3 criteria, namely maintaining hair hygiene, maintaining skin cleanliness, and maintaining hand hygiene. While maintaining clean water storage is the most often overlooked behavior. To minimize this health impact, improvements in waste management in Cipayung landfill are needed along with continuous socialization and education to develop PHBS habits and the importance of maintaining a clean environment. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 246 DAMPAK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA CIPAYUNG PADA KESEHATAN MASYARAKAT Impact of Waste Management in TPA Cipayung in Community Health Emilda,* NAP Septiani, RH Pratiwi *Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta e-mail emilda1430 ABSTRAK Keterbatasan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir TPA Cipayung diantaranya menyebabkan penumpukan sampah hingga lebih dari 30 meter. Kondisi ini menimbulkan dampak kesehatan pada warga yang tinggal di Kelurahan Cipayung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak pengelolaan sampah di TPA Cipayung pada kesehatan masyarakat di Kelurahan Cipayung, Kota Depok. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil wawancara pada 30 orang responden diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita adalah diare, kemudian jenis penyakit perut lainnya, berikutnya gatal-gatal pada kulit serta batuk. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan berupa udara dan air yang tidak sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat yang belum menjadi kebiasaan warga. Hasil wawancara menunjukkan tidak ada responden yang telah melaksanakan seluruh kriteria PHBS yang ditanyakan. Pada umumnya responden melaksanakan 3 kriteria yaitu menjaga kebersihan rambut, menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kebersihan tangan. Sedangkan menjaga kebersihan penampungan air adalah perilaku yang paling sering diabaikan. Untuk meminimalisasi dampak kesehatan ini maka diperlukan perbaikan dalam pengelolaan sampah di TPA Cipayung disertai sosialisasi dan edukasi secara kontinyu untuk membangun kebiasaan PHBS serta pentingnya menjaga lingkungan yang bersih. Kata Kunci TPA, Dampak Kesehatan, Diare, Gatal-gatal, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ABSTRACT The limitations of waste management in the Cipayung Landfill TPA causing a buildup of garbage up to more than 30 meters. This condition has a health impact on people in Cipayung Village. This study aims to analyze the impact of waste management at Cipayung Landfill on public health in Cipayung Village, Depok City. The research is descriptive qualitative. Data obtained by purposive sampling. Data was collected by interviews, observation and documentation. Based on interviews with 30 respondents, it was found that the most common diseases were diarrhea, then other types of stomach ailments, subsequent itching on the skin and coughing. This is presumably because the environmental conditions in the form of unhealthy air and water and clean and healthy living behaviors PHBS have not become the habit of the people. The results indicated that there were no respondents who had implemented all of these criteria. In general respondents have implemented 3 criteria, namely maintaining hair hygiene, maintaining skin cleanliness, and maintaining hand hygiene. While maintaining clean water storage is the most often overlooked behavior. To minimize this health impact, improvements in waste management in Cipayung landfill are needed along with continuous socialization and education to develop PHBS habits and the importance of maintaining a clean environment. Keywords Landfill, Healthy Impact, Diarrhea, Itching, Clean and Healthy Living Behaviors A. Pendahuluan Sampah menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi daerah perkotaan termasuk Depok. Jumlah sampah yang dihasilkan warga Kota Depok kian meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Karena itu diperlukan perbaikan pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. Menumpuknya sampah di jalan-jalan dan saluran air dapat menyebabkan banjir, meningkatkan jumlah tikus dan serangga, dan menjadi sarana berkembangnya berbagai penyakit. Menurut data Pemerintah Kota Depok, produksi sampah di Kota Depok mencapai lebih dari 1200 ton per hari 2017. Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 247 Namun jumlah sampah yang dikelola baru sebesar 57,2% per hari melalui pemilahan sampah, pengomposan, dan membuang sisa sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir TPA Cipayung Pemkot Depok, 2016 dalam Paramita dkk, 2018. Karena masih banyak sampah yang belum terangkut ke TPA, sehingga tumpukan sampah banyak ditemukan di TPS liar. Menurut data DLHK Kota Depok, lokasi TPS ilegal di antaranya berada di Jalan Gas Alam Sukatani, Jalan Pekapuran, Jalan Raya Tapos, Jalan Jambore, sepanjang Jalan Raya Bogor, Jalan Raya Citayam, Jalan Margonda, Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Bungur Beji, Jalan Raya Cilodong, Jembatan Panus, Jembatan Akses UI, Jembatan GDC, Setu Rawa Kalong, Makam Limo, dan Bojongsari Lama. 2017. Tempat Pembuangan Akhir TPA Cipayung adalah satu-satunya TPA yang ada di Kota Depok. Pengangkutan sampah ke TPA ini belum optimal karena daya tampungnya baru sekitar 700 ton per hari 2017. Hal ini disebabkan beberapa kendala diantaranya keterbatasan lahan TPA sementara produksi sampah terus meningkat, teknologi proses yang belum efisien dan tidak ramah lingkungan sehingga pengolahan sampah belum berjalan optimal. Tidak berimbangnya antara volume masuk dengan jumlah sampah yang terolah, menyebabkan terjadi penumpukan di lokasi TPA. Menurut Handono 2010 model pembuangan yang diterapkan di TPA Cipayung pada awalnya pembuangan terbuka open dumping yaitu cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Seiring perluasan kawasan TPA, model pembuangan sampah akhirnya ditingkatkan menjadi controlled landfill. Selain TPA Cipayung, pengolahan sampah di Kota Depok juga melalui Unit Pengelolaan Sampah UPS. UPS berfungsi mengolah sampah organik menjadi kompos. Disamping itu terdapat pula bank sampah untuk mengolah sampah non organik menjadi produk kerajinan atau didaurulang ke pabrik atau industri. Sementara sampah-sampah spesifik seperti baterai, sisa obat dan lain-lain diolah oleh unit terpisah. Berbagai upaya tersebut belum mampu mengurangi timbunan sampah liar maupun di TPA Cipayung yang terus menumpuk. Penumpukan sampah secara terus menerus sementara pengelolaan belum optimal, menambah persoalan baru bagi masyarakat. Seperti masalah kebersihan, pencemaran lingkungan dan merusak estetika kota. Bahkan sampah yang telah menggunung dan berumur lama, menimbulkan bau yang menusuk dan mengganggu masyarakat sekitar. Kondisi lingkungan yang tidak baik ini berdampak pula terhadap kondisi kesehatan masyarakat karena rentan terserang berbagai penyakit serta gangguan pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak pengelolaan sampah di TPA Cipayung pada kesehatan masyarakat di Kelurahan Cipayung, Kota Depok. B. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam hal ini obyek yang diamati adalah dampak pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir TPA Cipayung pada kesehatan masyarakat di sekitarnya, khususnya Kelurahan Cipayung. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 248 kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. C. Hasil dan Pembahasan Saat ini keadaan TPA Cipayung sudah mengalami over kapasitas. Penumpukan sampah di TPA Cipayung sudah mencapai 33 meter. Hal ini disebabkan dari awal pembukaan TPA sampah belum dikelola dengan maksimal. Pada musim hujan, gunungan sampah seringkali menyebabkan longsor dan membahayakan warga dan pemulung yang berada disana. Selain itu menambah kesulitan dalam pengolahan. Gambar 1. Keadaan TPA Cipayung Model pengelolaan sampah di TPA Cipayung adalah controlled landfill. Pada sistem ini sampah dibuang dan ditumpuk pada suatu lokasi yang cekung. Lalu dipadatkan kemudian ditutup dengan tanah. Sampah disebarkan secara merata dan dipadatkan dalam lapisan tipis dengan bulldozer. Begitu lapisan yang dipadatkan itu mencapai tebal sekitar 2 sampai 3 meter, selanjutnya ditutup dengan lapisan tanah setebal 15 cm. Setelah itu dipadatkan kembali dan siap untuk ditimbun lapisan sampah yang baru. Proses tersebut berlanjut sampai landfill penuh dan akan ditutup dengan lapisan tanah terakhir dengan ketebalan sekitar 60 cm. Metode ini bertujuan untuk menghilangkan polusi udara. Menurut Handono 2011 pada model controlled landfil ini kegiatan penutupan sampah dilakukan secara berkala biasanya 7 hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola TPA diketahui bahwa volume sampah yang masuk ke TPA Cipayung setiap hari sekitar 700-an ton. Jenis sampah yang masuk ke TPA Cipayung adalah sampah rumah tangga dan sampah residu seperti sisa bangunan, Sedangkan sampah organik dan non organik diolah di Unit Pengelolaan Sampah UPS dan beberapa bank sampah. Menurut DLHK Kota Depok 2017 sampai tahun 2017 terdapat sekitar 32 UPS dan RW yang telah melakukan pemilahan sebanyak 185 serta 483 bank sampah. Untuk pengolahan sampah di TPA Cipayung, Pemkot Depok menerapkan sistem waste to energy. Pada sistem ini sampah-sampah yang menggunung diubah menjadi gas metana. Pengubahan sampah menjadi gas metan berlangsung secara anaerobik. Gas yang terbentuk dialirkan melalui Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 249 pipa. Instalasi pipa tertanam di dalam tanah yang menghubungkan antara timbunan sampah ke rumah-rumah warga. Agar gas tersalurkan dengan baik ke rumah warga maka digunakan alat penyedot blower yang akan menyedot gas lalu dilanjutkan ke kompor yang ada di rumah warga. Namun gas metan ini belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh warga, karena menurut mereka gas metana ini menimbulkan bau yang tidak enak. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang warga kelurahan Cipayung. Ditambah dengan responden ahli yaitu kepala pengelola TPA Cipayung. Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa responden yang berumur antara 20-30 tahun sebanyak 10 orang 33,3%, berumur 31-40 tahun sebanyak 11 orang 36,7%, berumur 41-50 tahun sebanyak 5 orang 16,7%, dan yang berumur >50 tahun sebanyak 4 orang 13,3%. Tingkat pendidikan responden beraneka ragam. Mulai dari yang tidak sekolah, hanya tamatan SD/sederajat, tamatan SMP/sederajat, tamatan SMA/sederajat, hingga berijazah Perguruan Tinggi. Hasil wawancara menunjukkan diantara 30 responden diketahui bahwa responden yang tidak bersekolah sebanyak 1 orang 3,3%, tamat SD sebanyak 9 orang 30%, tamat SMP sebanyak 5 orang 16,7%, tamat SMA sebanyak 12 orang 40%, dan yang tamat Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang 10%. Mata pencaharian responden juga beragam. Mulai dari yang tidak bekerja, pemulung, buruh, wiraswasta, pegawai swasta, hingga pegawai negeri. Berdasarkan wawancara dengan 30 responden diketahui bahwa sebanyak 3 orang 10% bermata pencaharian sebagai pegawai swasta, sebanyak 6 orang 20% sebagai wiraswasta 13 orang 43,3% sebagai buruh, 3 orang 10% sebagai pemulung, yang tidak bekerja 3 orang 10%, dan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 2 orang 6,7%. Kondisi TPA Cipayung dengan timbulan sampah yang mencapai lebih dari 30 meter berdampak kepada kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tabel 1. Jenis Penyakit yang Diderita Responden Sekitar TPA Cipayung Infeksi Saluran Pernafasan Atas ISPA Penyakit dengan gejala sakit di bagian perut Sumber Data Primer, 2018 Pada tabel 1 terlihat penyakit yang paling sering menyerang warga adalah diare sebanyak 26 responden. Sedangkan penyakit yang lebih sedikit diderita adalah disentri sebanyak 10 responden. Namun ada penyakit lainnya yang sering dialami yaitu sebanyak 24 responden. Penyakit ini memiliki gejala sakit di bagian perut namun tidak diketahui pasti nama penyakitnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan data Dinas Kesehatan Kota Depok menunjukkan terjadi peningkatan temuan dan penanganan diare dari 85,35% pada tahun 2013 menjadi 80,8% pada Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 250 tahun 2016 Dinkes Kota Depok, 2017. Sedang kasus diare yang ditangani oleh UPT Puskesmas Cipayung adalah sebanyak jiwa. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Depkes, 2009. Menurut Depkes 2007 perilaku hidup bersih dan sehat ada 10 indikator diantaranya, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi asi eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah. PHBS yang diamati dalam penelitian ini adalah sikap-sikap yang berkaitan dengan lingkungan berupa menjaga kebersihan makanan, menjaga kebersihan kulit, menjaga kebersihan tangan, menjaga kebersihan rambut, serta menjaga kebersihan penampungan air. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada responden yang memenuhi keseluruhan kriteria perilaku hidup bersih dan sehat. Mayoritas responden hanya memenuhi 3 kriteria yaitu menjaga kebersihan rambut, menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kebersihan tangan. Kriteria yang paling banyak diabaikan responden kebersihan penampungan air yaitu dengan membiarkannya terbuka. Padahal kondisi penampungan yang seperti ini rentan terhadap perkembangan jentik-jentik nyamuk apalagi pada kondisi lingkungan yang tidak bersih. Masyarakat dengan kualitas kesehatan yang baik merupakan salah satu komponen penting untuk membangun bangsa dan negara. Jika mayoritas masyarakat berada pada kondisi kesehatan dibawah rata-rata, akan berakibat negara kehilangan potensi sumberdaya manusia yang bernilai tinggi. Upaya mewujudkan lingkungan yang sehat yaitu bersih, nyaman dan aman mutlak diperlukan sebagai langkah preventif untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Keberadaan TPA seharusnya menjadi solusi untuk merealisasikan lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiadaan TPA menimbulkan problem lingkungan yang lebih parah karena terjadinya penumpukan sampah secara liar tanpa atau pembuangan sampah tanpa terkendali. Namun kondisi TPA Cipayung yang dekat dengan pemukimam penduduk dan telah mengalami over capacity malah menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat termasuk kesehatan. Diantaranya karena belum optimalnya pengelolaan sampah disana. Berdasar hasil penelitian ditemukan tiga kelompok penyakit di sekitar kawasan TPA. Tiga kelompok ini termasuk penyakit yang lazim ditemukan di kawasan TPA atau TPS. Berkembangnya gangguan pada saluran pencernaan seperti diare, disentri dan jenis penyakit perut lainnya berhubungan dengan kebersihan makanan dan air minum yang dikonsumsi masyarakat. Ditambah pula masyarakat yang belum memiliki kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat di rumahnya. Dari hasil wawancara diketahui untuk kebutuhan mandi dan memasak umumnya warga Cipayung menggunakan air sumur dengan kondisi sangat keruh. Sedang untuk kebutuhan minum, mereka membeli air dari depot air minum. Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 251 Kondisi air sumur yang keruh diduga tercemar oleh air lindi yang dihasilkan TPA disamping akibat pencemaran lainnya. Hal ini disebabkan letak sumur gali penduduk yang terlalu dekat dengan TPA. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Dampak Sampah Depkes RI Dirjen PPM dan PLP 1996 dalam Ompusunggu 2009 menyatakan bahwa lokasi TPA harus memenuhi persyaratan teknis yaitu a. Jarak TPA dengan pemukiman minimal 2 Km, hal ini mengingat jarak terbang lalat mencapai 2 Km, bau yang ditimbulkan oleh sampah akibat pembusukan yang terbawa angin, debu dan suara bising yang ditimbulkan sewaktu pembongkaran sampah. b. Jarak sumber air bersih mata air, sungai, sumur, danau, dll minimal 200 meter, hal ini mengingat bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air didaerah tersebut c Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum minimal 200 meter, hal ini mengingat alasan estetika. Kondisi keruh pada air sumur diduga karena tercemar oleh air lindi yang dihasilkan TPA. Cairan lindi yang dihasilkan dari tumpukan sampah berpengaruh pada sifat-sifat air bawah tanah seperti tingginya konsentrasi, total padatan terlarut, tingkat kekerasan, COD, klorida, sulfat dan nitrat serta mengandung logam berat Vasanthi 2008 dalam Mahyudin, 2017. Pergerakan cairan lindi makin sulit dikendalikan pada saat musim hujan. Begitupula penyakit-penyakit saluran pernafasan yang diakibatkan kualitas udara disekitar TPA yang berkualitas rendah. Hasil penguraian sampah yang sudah menumpuk akan menghasilkan gas CH4 metana, senyawa amoniak dan H2S yang menimbulkan bau menyengat. Hal inilah yang menyebabkan mudahnya perkembangan penyakit ISPA. Kondisi air yang tidak sehat ini akan berpengaruh pula pada kulit dengan munculnya penyakit gatal-gatal. Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari lingkungan yang tidak sehat makin bertambah dengan belum dijalankannya perilaku hidup bersih dan sehat oleh masyarakat. Karena pengetahuan yang minim sehingga terbentuk persepsi yang kurang utuh. Tak jarang pula masyarakat beranggapan sebelum gejala penyakit terasa, mereka merasa sehat-sehat saja sehingga cenderung abai terhadap kebersihan lingkungan termasuk makanan dan minuman. Oleh karena itu dibutuhkan upaya yang lebih serius untuk menghilangkan atau meminimalisasi dampak ini. Diantaranya menata lokasi TPA supaya tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk, memperbaiki pengelolaan sampah di kota Depok pada setiap unitnya hingga ke TPA. Selain memperbaiki regulasi dan manajerial, dibutuhkan pula upaya implementasi teknologi yang paling baik dan tepat untuk mempercepat laju penguraian sampah. Yustikarini dkk 2017 mengutip bahwa dalam Laporan Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan menyebutkan dalam pengelolaan sampah untuk pengomposan 30-40% dan daur ulang sampah anorganik mencapai 15-25%. Aktifitas pengomposan sendiri dapat dilakukan mulai dari level warga masyarakat, TPS hingga TPA. Disamping itu perlu dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pegawai untuk pengelolaan sampah. Begitupula sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 252 D. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat kelurahan Cipayung diketahui bahwa mereka terdampak dengan kondisi TPA. Mayoritas responden sering menderita penyakit diare, jenis penyakit perut lainnya, gatal-gatal pada kulit serta batuk. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan berupa udara dan air yang tidak sehat. Masyarakat juga belum menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat secara lengkap. Dari hasil wawancara tentang kriteria PHBS berupa menjaga kebersihan makanan, menjaga kebersihan kulit, menjaga kebersihan tangan, menjaga kebersihan rambut, serta menjaga kebersihan penampungan air diketahui tidak ada responden yang telah melaksanakan seluruh kriteria ini. Pada umumnya baru melaksanakan 3 kriteria yaitu menjaga kebersihan rambut, menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kebersihan tangan. Sedangkan menjaga kebersihan penampungan air adalah perilaku yang paling sering diabaikan. Untuk meminimalisasi dampak kesehatan ini maka diperlukan perbaikan dalam pengelolaan sampah di TPA Cipayung disertai sosialisasi dan edukasi secara kontinyu untuk membangun kebiasaan PHBS serta pentingnya menjaga lingkungan yang bersih. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta Departemen kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2009. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Lembar Balik PHBS. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI Dinas Kesehatan Kota Depok. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kota Depok. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok. 2017. Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Depok. Presentasi. Diakses November 2018. Handono M. 2010. Model Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir TPA Sampah Secara Berkelanjutan Di TPA Cipayung Kota Depok-Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor 2017. TPA Cipayung Akan Tambah Kolam Penampungan Sampah. diakses 20 November 2018. 2017. Kota Depok Produksi Sampah 1200 ton per hari. /berita/nasional/jabodetabek-nasional/17/02/22/olrp9w384-kota-depok-produksi-sampah-1200-ton-per-hari Ompusunggu H. 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatera Utara [online] diakses Desember 2018 Mahyudin RP. 2017. Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah dan Dampak Lingkungan di TPA Tempat Pemrosesan Akhir. Jurnal Teknik Lingkungan 3 1. Hal 66-74. Paramita D, Kukuh M dan Manuwoto. 2018. Kajian Pengelolaan Sampah Berdasarkan Daya Dukung dan Kapasitas Tampung Prasarana Persampahan Kota Depok. Journal of Regional and Rural Development Planning. Volume 2 2 104-117. Sinurat J dan Roy VS. 2013. Strategi Pengelolaan Sampah Kota Depok. Makalah tidak dipublikasikan. FISIP, UI Yustikarini R dkk. 2017. Evaluasi dan Kajian Penanganan Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Milangasri Kabupaten Magetan. Proceeding Biology Education Conference Volume 14, Nomor 1. Halaman 177- 185. Zahra F dan Tri PD. 2011. Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 17 Nomor 1. Halaman 59-69. ... Diketahui pada tahun 2011 sebanyak 3356 ditemukan kasus, 2012 terdapat 3136, pada tahun 2013 sebanyak 2862 kasus 7. Begitupun yang terjadi pada masyarakat sekitar TPA Cipayung, mayoritas masyarakat mengalami diare, gatal pada kulit serta batuk 8. Di Kota Depok penderita diare mengalami peningkatan dari pada tahun 2013 menjadi pada tahun 2014 8. ...... Begitupun yang terjadi pada masyarakat sekitar TPA Cipayung, mayoritas masyarakat mengalami diare, gatal pada kulit serta batuk 8. Di Kota Depok penderita diare mengalami peningkatan dari pada tahun 2013 menjadi pada tahun 2014 8. ...Introduction Bandung was one of the areas that had not applied a good waste management yet. From 1,440 tons/day waste produced around 320 tons were managed. The effects of untreated waste were carrying the vector of disease, aesthetic decrease, environmental quality, and flood. The aim of this research was to identify the condition of waste management in Rusunawa Balaendah in 2018. Method The research used observational method with cross sectional design. The object of this research was families who lived in Rusunawa Balaeendah with 60 respondents were obtained with sampling random area tehcnique. Observation variables were sorting, storing, collecting, and the amount of waste generation. This research used direct measurement method to calculated the waste generation during 8 days in May 15 to 21 2018 according to SNI No. 19-3964-1994. Method for collected the data used interview and field observation. The data was presented by table frequency distribution and chart to analyzed the result of the observation. Result and Discussion The result of this research was shown that respondents who had good waste management were 3%, the storage phase for the ownership of trash that had not requirements yet were 70%, and garbage that was not in TPS was 97%. The amount of waste generation was The level of respondents’ knowledges about it was 45% which was on adequate category and the behaviour was 96,6% which was on deficient category. Conclusion The result of this research was to know that waste management in Rusunawa Balaeendah was not appropriate with the provision. Based on the research, the suggestion is to build a garbage dump that has 3R method of waste management and to collaborate with DKRTH for the transfer of residual waste.... Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi sarana penularan penyakit serta menjadi tempat berkembangbiak vektor penular penyakit. 5 Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah yang dihasilkan. Produksi sampah plastik di Indonesia sangat besar sebab secara total produksi sampah Indonesia mencapai 189 kilo ton/hari jauh lebih besar dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. ...Tati RuhmawatiTeguh BudiasyahRidwan SetiawanLatar Belakang Tingginya kunjungan pasien akan meningkatkan kandungan amoniak limbah cair rumah amoniak yang tinggi menimbulkan pencemaran perairan. Adsorpsi karbon aktif merupakan teknologi alternatif dalam menurunkan kadar amoniak limbah penelitian ingin mengetahui pengaruh variasi waktu kontak karbon aktif bijih plastik terhadap penurunan kadar amoniak limbah cair rumah Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan pretest-postest dengan kontrol. Populasi, seluruh air limbah yang diambil dari influent RSUD Al Ihsan Kabupaten Bandung, sedangkan sampel sebagian air limbah yang diambil dari populasi dengan teknik pengambilan gabungan yang telah terkumpul dianalisis menggunakan uji Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase penurunan kadar amoniak untuk waktu kontak 60 menit 18,40%, 90 menit35,07 %, dan 120 menit 48,77 %. Hasil uji Anova diperoleh nilai p 0,001 lebih kecil dari 0,05 α 5%.SimpulanTerdapat pengaruh yang bermakna antara variasi waktu kontak karbon aktif bijih plastik terhadap penurunan kadar amoniak limbah cair. ABSTRACTTitle Elimination Efficiency of Ammonia Content of Hospital Liquid Waste with Active Carbon Plastic Ore Considerable visits from patients increases the content of ammonia within the liquid waste of the hospital which, in turn, results in water pollution. Adsorption of active carbon is an alternative technology in reducing the ammonia level of liquid waste. This research aims at revealing the contact time of active carbon plastic ore towards the degression of ammonia level of liquid waste. Method This research was an experiment designed by pretest-posttest design with control. The population of the research was all the liquid waste taken from the influent of RSUD Al Ihsan Bandung, while the sample of the research was taken from the population by time combiningcollection technique. The collected data was then analyzed using anova. Result The results of the research show that the average of the degression percentage for contact time of sixty minutes is 90 minutes and 120 minutes The value of t acquired from anova testing is smaller than degression of ammonia level of liquid waste. Conclusion There is a significant effect between the variation of contact time of plastic ore activated carbon to the decrease in the level of liquid waste ParamitaKukuh MurtilaksonoManuwoto ManuwotoDepok City can only manage about from total of 1,286 tons of its daily solid waste. The amount increases everyday that it becomes more concerning to apply solid waste management. The objective of this research is to analyze solid waste management based on the carrying capacity and the storage capacity of waste infrastructures in Depok City. Methods of this study were the suitability between supply and demand of domestic solid waste and the waste infrastructures, Integrated Risk Based Approach IRBA and literature study. This study shows that Depok City government has a good system in solid waste management but still needs to improve the quantity and capacity of the infrastructures. Garbage banks can reduce 20% of the inorganic waste and the Organic Waste Processing Unit Unit Pengolahan Sampah Organik/UPS has low index carrying capacity of which can reduce of organic waste. The IRBA shows that Cipayung landfill has moderate danger. The numbers of waste infrastructures required at each district in Depok City shall be equipped, so that the amount of waste disposed to Cipayung landfill can be Puteri MahyudinArtikel ini bertujuan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi pada rantai panjang pengelolaan sampah. Dari hasil kajian pustaka dapat dirangkum dua permasalahan penting pengelolaan sampah dan TPA yaitu sampah yang tidak mengalami proses pengolahan dan pengelolaan TPA dengan sistem yang tidak tepat masih berfokus pada lahan urug. Sedangkan TPA sebagai ujung rantai pengelolaan sampah menerima beban sampah yang sangat besar sehingga menimbulkan banyak dampak negatif. Air lindi yang dihasilkan oleh TPA sulit untuk dikendalikan agar tidak mencemari lingkungan walaupun membuat proteksi kuat pada TPA. Direkomendasikan untuk meningkatkan daur ulang sampah dari rumah tangga sampai ke TPA diantaranya dengan sistem pengelolaan sampah yang berbasis inisiatif komunitas lokal dan tidak hanya mengandalkan TPA dengan sistem lahan urug. Pengelolaan sampah yang fokus pada pengolahan dan pengurangan pencemaran serta melibatkan masyarakat atau berbasis komunitas memiliki dampak positif yang besar. Dapat disimpulkan bahwa penyelesaian permasalahan sampah yang tidak komprehensif dari hulu ke hilir dan tidak melibatkan semua pihak menjadi hambatan utama berjalannya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kata kunci dampak lingkungan, permasalahan sampah, pengelolaan sampah berkelanjutan, Tempat Pemrosesan Akhir. This article aimed to explain the problems in a long chain of waste management. From the results of a literature review can be summarized two key issues of waste management and landfill namely untreated waste and improper system of landfill management still focusing on landfilling system. While the landfill as the last chain of waste management receives a huge load of waste, causing many negative effects. Leachate generated by the landfill is difficult to be controlled although it has strong protection at the landfill. It recommended to increase the recycling of household waste to landfill such as the waste management system based on local community initiatives and not just rely on landfilling systems. Waste management focusing on the processing and the reduction of pollution and engaging the community or community based have major positive impact. It can be concluded that solving waste problems that not comprehensive from upstream to downstream and not involving all part of the waste system is the main obstacle in sustainable waste management. Keywords enviromental impact, landfill, waste problems, sustainable waste Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBSR I Departemen KesehatanDepartemen Kesehatan RI. 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta Departemen kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok TahunKota Dinas KesehatanDepokDinas Kesehatan Kota Depok. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kota Pengelolaan Sampah Kota Depok. Makalah tidak dipublikasikanV S Sinurat J Dan RoySinurat J dan Roy VS. 2013. Strategi Pengelolaan Sampah Kota Depok. Makalah tidak dipublikasikan. FISIP, UIEvaluasi dan Kajian Penanganan Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Milangasri Kabupaten MagetanR YustikariniDkkYustikarini R dkk. 2017. Evaluasi dan Kajian Penanganan Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Milangasri Kabupaten Magetan. Proceeding Biology Education Conference Volume 14, Nomor 1. Halaman Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur Ulang Sampah di TPAP D Zahra F Dan TriZahra F dan Tri PD. 2011. Kajian Komposisi, Karakteristik, dan Potensi Daur Ulang Sampah di TPA Cipayung, Depok. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 17 Nomor 1. Halaman Sumatera UtaraSkripsiSkripsi. Universitas Sumatera Utara [online] diakses Desember 2018 Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 110 Perilaku Membuang Sampah di Sungai dan Problem Lingkungan Pandangan Model Aktivasi Norma Arya Firdhana Fakih1*, Mochammad Sa’id2 1,2 Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang, Malang * Penulis Koresponden Arya Firdhana Fakih. Email Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 111 balasan satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat dari contoh kecil -yang apabila dibiarkan dapat menjadi permasalahan besar- yaitu terkait dengan perilaku membuang sampah di sungai. Bahkan menurut BPS atau Badan Pusat Statistik memperkirakan peningkatan data jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai ton. Sebagian besar dari sampah tersebut dibuang di sungai 58,2%, sedangkan 37,6% dibuang di TPA Tempat Pembuangan Akhir Kusminah, 2018. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai telah mengakibatkan peningkatan pencemaran air sungai yang notabene adalah sumber air bagi mereka sendiri. Perilaku tersebut juga dapat berdampak pada ekosistem sungai dan keberlanjutan kegunaannya bagi kehidupan manusia sendiri, seperti sumber pengairan sawah atau sumber air minum Irwandy dkk, 2018. Salah satu kasus pencemaran sungai adalah yang terjadi di Sungai Teluk Dalam Muzaidi dkk, 2018. Tercemarnya sungai ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat. Hal ini kemudian memicu produksi sampah, terutama limbah rumah tangga. Peningkatan jumlah penduduk dan produksi sampah ini ternyata tidak diimbangi dengan kearifan dalam pengelolaan sampah dan kepedulian terhadap lingkungan. Hal inilah yang kemudian membuat masyarakat sekitar sungai menjadikan sungai sebagai peristirahatan terakhir limbah-limbah domestik mereka. Kasus lain adalah yang terjadi di Sungai Kaligarang, dimana pencemaran airnya semakin meningkat dari waktu ke waktu Sasongko, 2006. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai sangat bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan dan menyinggung nilai biosferik atau Nilai-nilai terkait antara lain menghormati bumi, mencegah pencemaran dan persatuan dengan alam Krajhanzl, 2010. Perilaku pro-lingkungan adalah perilaku manusia akan kesadarannya untuk meminimalisir pencemaran maupun dampak negatif kepada alam baik berupa konsumsi energi maupun sumber daya yang berlebihan, penggunaan barang yang tidak ramah lingkungan, membuang sampah sembarangan, pembuangan limbah beracun dimana – mana, dan sebagainya Kollmuss & Agyeman, 2002. Tujuan dari perilaku pro-lingkungan adalah memberikan solusi atau mengurangi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup yang ada Homburg & Stolberg, 2006. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa perilaku manusia terhadap lingkungan, yaitu membuang sampah di aliran sungai, menjadi sebuah permasalahan yang penting untuk dibahas. Pembahasan ini bertujuan agar tidak muncul dampak-dampak negatif lanjutan di masa depan akibat perilaku lingkungan yang keliru tersebut. Permasalahan ini perlu diatasi dengan menggunakan sudut pandang rasional dan ilmiah. Salah satunya adalah dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Berangkat dari argumen di atas, penulisan review literatur ini dilakukan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan, khususnya mengenai perilaku pro-lingkungan. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang menyebabkan munculnya perilaku membuang sampah di aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model aktivasi Norma NAM. Secara garis besar, penerapan model aktivasi norma terhadap perilaku membuang sampah di aliran sungai menunjukkan jalan yang tepat untuk menemukan jawaban bagaimana individu atau kelompok melakukan perilaku tersebut. Mulai dari sisi ketidakadanya salah satu atau semua pemenuhan ketiga komponen dalam model aktivasi norma yang membuat individu atau kelompok tidak memenuhi perilaku pro-lingkungan, dan berakhir pada self-serving denial tentang bagaimana secara lebih mendalam menjelaskan individu atau kelompok tidak menerapkan perilaku pro- Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 112 lingkungan atau membuang sampah di aliran sungai. Selain itu, tulisan ini juga akan mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. 2. Kajian Literatur Model Aktivisi Norma NAM Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM merupakan salah satu teori yang sering digunakan dalam menganalisis faktor penyebab perilaku lingkungan individu Onwezen dkk, 2013. Secara keseluruhan, teori ini menegaskan bahwa individu akan mengorbankan kepentingan pribadinya untuk keuntungan kolektif orang lain, dan berakar pada perilaku altruistik Fang dkk, 2019 Pada mulanya teori ini muncul sebagai salah satu model yang sering digunakan dan pertama kali diusulkan pada tahun 1977 oleh Schwartz untuk menganalisis permasalahan perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Penggunaan Model NAM telah digunakan sebelumnya pada beberapa studi yang membahas perilaku pro-lingkungan dalam lingkup konteks transportasi umum, penggunaan energi, penerimaan dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab. Dengan penggunaan tiga hal atau variabel kunci pada model NAM ini menunjukkan bahwa dalam penelitian – penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa personal norms norma pribadi lah yang memiliki dampak penting. Dikarenakan kewajiban moral dan norma pribadi tiap individu dapat memprediksi dan menjadi pemicu untuk individu tersebut terlibat dalam perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Menurut teori NAM, individu akan menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki tiga hal Steg dkk, 2017; Fang dkk, 2019. Pertama, norma pribadi personal norms. Norma pribadi ini mengacu pada perasaan kewajiban moral untuk melakukan perilaku tertentu yang terkait dengan perilaku pro-lingkungan. Kedua, kesadaran akan konsekuensi awareness of consequences. Dalam hal ini individu menyadari konsekuensi merugikan dari tindakannya terhadap orang lain atau lingkungannya. Ketiga, rasa tanggung jawab ascription of responsibility. Dalam hal ini, individu akan lebih termotivasi untuk menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki perasaan pribadi bahwa ia ikut bertanggung jawab atas konsekuensi negatif dari perilakunya. Ketiga kerangka dalam NAM tersebut telah dilakukan dalam beberapa riset yang sudah dilakukan oleh berbagai penelitian. Salah satu penelitiannya yaitu dengan mengkaji faktor – faktor atau determinan perilaku pro-lingkungan pada pegawai pemerintahan pusat dan daerah di wilayah Taiwan menggunakan tiga kerangka NAM tersebut Fang dkk, 2019. Hasil yang didapatkan yaitu pada pegawai lingkungan pemerintah pusat maupun daerah menunjukkan bahwa norma pribadi memiliki dampak besar dalam memprediksi lingkungan yang pro-lingkungan. Hal ini disebabkan oleh seberapa jauh masyarakat meraih pendidikan dan pengetahuan lebih akan kesadaran pro-lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di daerah Fang dkk, 2019. Kemudian dalam aspek tanggung jawab dan kesadaran akan konsekuensi menunjukkan bahwa pegawai pemerintah cenderung memiliki keberhasilan dalam penerepan dua aspek ini. Namun sebaliknya, pada pegawai pemerintahan daerah menunjukkan bahwa kedua aspek ini sangat lemah baik dalam mengarahkan masyarakat maupun penerapannya terhadap perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Oleh karena itu dilakukan serangkain penyuluhan rutin, seminar, workshop, dan roadshow. Dalam serangkaian kegiatan tersebut memuat hal – hal yang dapat membuat pegawai pemerintahan daerah memberikan dan membangun kesadaran lebih akan perilaku pro-lingkungan dengan kesadaran dari ketiga aspek NAM. Selain itu, bentuk penerapan yang akan dilakukan diharapkan dapat meluas dalam Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 113 penerapannya di kebijakan – kebijakan yang akan dibuat atas program pelatihan lingkungan dasar yang diadakan Fang dkk, 2019 Namun demikian, dalam kenyataannya, pemenuhan tiga syarat perilaku pro-lingkungan di atas tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan individu seringkali dihadapkan pada konflik keputusan antara mementingkan kepentingan bersama pro-lingkungan atau kepentingan pribadinya merusak lingkungan Steg dkk, 2017. Konflik keputusan yang dihadapi individu tersebut disebabkan oleh adanya self-serving denial. Self-serving denial adalah penolakan terhadap kewajiban moral untuk berperilaku pro-lingkungan dalam rangka menjustifikasi perilaku merusak lingkungan yang dimunculkan. Self-serving denial dapat muncul dalam empat bentuk yang dapat menjelaskan bagaimana individu melakukan penyangkalan atau penolakan terhadap perilaku pro-lingkungan Steg dkk, 2017. Diantaranya yaitu 1. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena kurang jelasnya pembahasan dari beberapa permasalahan lingkungan. Kemudian orang – orang akan mencoba selektif terhadap berbagai penelitian maupun perdebatan dari para ahli terkait permasalahan tersebut yang memihak dirinya kepentingan dirinya sendiri untuk tidak pro lingkungan daripada kepentingan bersama pro-lingkungan 2. Seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran terhadap permasalahan lingkungan bahwa kontribusi dari dirinya tidak akan terlalu memberikan kontribusi lebih. Kemudian menyalahkan pihak ketiga yaitu kebijakan – kebijakan pemerintah, aktivitas industri dan lain sebagainya. 3. Individu cenderung bisa untuk melakukan peminimalisiran perilaku pro-lingkungan. Namun, individu memiliki beberapa argumen dimana fasilitas – fasilitas yang menunjang perilaku tersebut tidak memenuhi. Contohnya dapat dilihat dari percobaan untuk mengurangi polusi udara namun fasilitas yang disediakan kurang sesuai dengan konsumsi atau keinginan individu yakni transportasi umum. 4. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran bahwa hal yang akan ia lakukan tidak akan efektif. Pemikiran tersebut bisa bermuara pada pemikiran yang mengasumsikan bahwa masalah lingkungan merupakan masalah bersama commons dilemmas, apalagi kalau masalah yang dikaitkan dalam skala besar. Teori NAM diklaim tepat untuk digunakan dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang terkait dengan biaya perilaku yang relatif rendah dalam hal uang, waktu, atau usaha, seperti perilaku daur ulang Steg dkk, 2017. Di sisi lain, teori ini kurang kuat dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang lebih mahal dalam hal upaya, uang atau waktu, seperti mengurangi penggunaan mobil pribadi. Berdasarkan pemaparan di atas, teori NAM sangat tepat digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis perilaku masyarakat dalam membuang sampah di aliran sungai. 3. Metode Review Literatur Literature Review Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode review literatur literature review. Review literatur adalah sebuah cara untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga menghasilkan kesimpulan tertentu Snyder, 2019. Melalui review literatur, diharapkan dapat dihasilkan jawaban atas suatu pertanyaan penelitian yang tidak didapatkan melalui metode lain. Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 114 Sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penulisan artikel ini ada dua jenis. Pertama, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai teori Model Aktivasi Norma. Kedua, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai metode intervensi untuk mengatasi persoalan perilaku lingkungan. Kedua jenis sumber literatur tersebut digunakan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai yang menjadi fokus pembahasan tulisan 4. Hasil dan Pembahasan Faktor Penyebab Sungai adalah salah satu elemen penting lingkungan dalam kehidupan manusia. Bahkan di banyak wilayah, khususnya di pedesaan, sungai sering diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan masyarakatnya Yenrizal, 2016; Erliyani dkk, 2010. Dari situlah alasan mereka mendiami daerah sekitar sungai dan di situlah mereka bersandar. Di dalam sungai sendiri terdapat banyak sekali ekosistem baik hewan maupun tumbuhan di dalamnya. Banyak di antara masyarakat yang hidup di dekat aliran sungai memanfaatkan keberadaan sungai sebagai jalur transportasi dari desa ke desa lain, mengairi sawah, mandi, pengatur suhu tanah di sekitar aliran sungai, sumber air minum, dan sebagainya Yenrizal, 2016. Perilaku membuang sampah di aliran sungai, dalam kacamata teori NAM, dapat dianalisis berdasarkan 3 aspek penting yang menjadi faktor munculnya perilaku pro-lingkungan. Ketiga aspek tersebut adalah norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan analitis dari masing-masing aspek tersebut. Pertama adalah dari aspek norma pribadi. Individu cenderung tidak melihat aspek penting ini, dimana seharusnya ia memiliki perasaan akan kewajiban moral atas keberlangsungan lingkungan di sekitarnya yang dapat mendorong dirinya untuk berperilaku pro-lingkungan. Dan dalam konteks pembahasan, beberapa individu tidak melihat nilai – nilai positif atau negatif atas tindakan membuang sampah di aliran sungai. Ia mungkin melihat nilai positif atas tindakannya terhadap dirinya yang mana memudahkan ia untuk membuang sampah dengan mudah dan lingkungan disekitarnya akan menjadi bersih dan sehat. Namun, individu tersebut tidak melihat nilai positif jika ia membuang sampah pada tempatnya dan nilai negatif atas tindakannya membuang sampah di aliran sungai untuk keberlangsungan hidup lingkungan di masa depan. Kedua adalah dari aspek kesadaran akan konsekuensi. Apabila individu merasakan aspek kedua ini, maka ia akan merasakan dan menyadari akan konsekuensi berkelanjutan atas tindakan yang telah ia lakukan membuang sampah di aliran sungai yang berdampak pada dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Diantaranya yaitu pencemaran air bersih, perusakan ekosistem laut, polusi, peluapan air, air yang tercemar menimbulkan berbagai penyakit, dan lain sebagainya. Ketiga adalah dari aspek rasa tanggung jawab. Aspek terakhir ini dapat terwujud apabila individu memiliki kesadaran akan tanggung jawab untuk berperilaku pro-lingkungan bukan hanya dari sudut pandang “semua ini tanggung jawab bersama” namun juga memiliki pemikiran bahwa “perilaku pro-lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri, dan kontribusi yang dilakukan memberikan dampak lebih bukan hanya sedikit pada lingkungannya”. Hal ini ditujukan agar tiap individu memiliki rasa kepercayaan diri atas tanggung jawab yang ia dapat untuk selalu berperilaku pro-lingkungan dan tidak menyepelekan tanggung jawabnya dan tidak bersikap tak acuh terhadap perilaku ini. Selain melihat dari ketiga aspek faktor dari Model Aktivasi Norma, kita juga dapat melengkapi pemahaman mengenai perilaku membuang sampah di aliran sungi dengan menggunakan tiga faktor Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 115 psiko-ekonomis biaya, waktu, dan usaha. Ketiga faktor psiko-ekonomis ini turut berperan dalam memunculkan norma pribadi individu untuk berperilaku pro-lingkungan, yang dalam hal ini adalah untuk tidak membuang sampah di aliran sungai. Pertama adalah aspek biaya. Dari segi biaya, membuang sampah di sungai tentu lebih murah, bahkan gratis, apabila dibandingkan dengan mengelolanya melalui manajemen sampah atau daur ulang. Yang kedua adalah aspek waktu. Dalam proses pembuangan sampah, membuang sampah di aliran sungai terasa lebih efektif bagi individu daripada harus membuang pada tempat khusus atau mengelolanya. Hal ini dikarenakan tidak semua wilayah di dekat aliran sungai memiliki tempat pembuangan sampah yang relatif dekat. Bahkan sebaliknya, sungai justru menjadi salah satu elemen penting kehidupan masyarakat, termasuk sebagai tempat pembuangan sampah, karena jaraknya relatif dekat dengan mereka. Hal ini terutama banyak terjadi di daerah pedesaan. Berdasarkan data dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes-PDT, minim sekali tempat pembuangan sampah TPS di daerah pedesaan Rahadian, 2015. Dari data potensi desa PoDes, ada lebih dari 88 persen desa yang tidak memiliki TPS. Hal inilah salah satu pemicu atau penyebab terjadinya perilaku pembuangan sampah di aliran sungai. Aspek yang ketiga ialah usaha atau tenaga. Usaha atau tenaga individu dalam proses pembuangan sampah ke TPS, apalagi melakukan daur ulang, cukup jauh dan lebih menguras tenaga untuk mencapainya. Hal inilah yang membuat individu cenderung memilih membuang sampah di aliran sungai yang mana tidak perlu mengeluarkan usaha besar. Mendorong Perilaku Nyampah yang Pro-Lingkungan Solusi yang dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai adalah dengan menggunakan dua strategi, yaitu penegakan hukum legal measures dan penyediaan layanan yang berkualitas availability of quality service Steg dkk, 2017. Yang pertama adalah adanya penegakan hukum legal measures. Dalam hal ini sistem penegakan hukum terkait pelanggaran terhadap kelestarian lingkungan harus ditegakkan sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi. Sistem penegakan hukum ini tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat dalam perumusan dan penerapannya. Dengan demikian, masyarakat diharapkan menjadi lebih tertib dan menaati aturan terkait perlakuan terhadap sampah agar tidak membuangnya di aliran sungai. Lambat laun pun akan muncul perilaku pro-lingkungan sedikit demi sedikit dan perilaku membuang sampah pada aliran sungai mulai berkurang karena permasalahan ini diatur oleh hukum dan didukung oleh pemerintah setempat. Yang kedua ialah penyediaan layanan yang berkualitas. Dalam hal ini pemerintah setempat, atau bahkan lebih spesifik pemerintah di tingkat desa/kelurahan, dapat membuat program pengelolaan sampah secara terpadu. Salah satunya adalah dengan membuat program pemilahan sampah. Program ini dilakukan dengan menyediakan tiga jenis tempat sampah untuk pemilahan sampah di setiap rumah. Hal ini bertujuan untuk mendidik masyarakat membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Selain itu, penyediaan tiga jenis tempat sampah juga diharapkan dapat mendidik masyarakat untuk dapat mengelola sampah sesuai dengan jenis sampah rumah tangga mereka. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu membuang sampah ke aliran sungai. Penerapan kedua solusi di atas, baik penegakan hukum maupun penyediaan layanan yang berkualitas, perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 116 masyarakat. Selain itu, persepsi, kesadaran, motivasi, dan norma pribadi masyarakat terhadap perilaku pro-lingkungan terkait sampah dengan kedua solusi tersebut dapat terbangun sesuai dengan yang diharapkan Aisyah, 2014. Rujukan Aisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Jember. Ayuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel Surabaya. Rahadian, L. 2015. Tempat Pembuangan Sampah Di Desa Hanya 11 Persen. CNN Erliyani, R., Zulaeha, M., & Sihite, D. 2010. Pengetahuan Masyarakat Pinggiran Sungai tentang Perda Nomor4 Tahun 2000 dan Perda Nomor 19 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Terhadap Prilaku Membuang Sampah ke Sungai. Jurnal Cita Hukum, 22, 285-303. Fang, Chiang, Ng, E., & Lo, 2019. Using the Norm Activation Model to Predict the Pro-Environmental Behaviors of Public Servants at the Central and Local Governments in Taiwan. Sustainability, 1113. Kollmuss, A., & Agyeman, J. 2002. Mind The Gap Why Do People Act Environmentally and What Are The Barriers to Pro-Environmental Behavior?. Environmental Education Research, 83, 239-260. Homburg, A., & Stolberg, A. 2006. Explaining pro-environmental behavior with a cognitive theory of stress. Journal of Environmental Psychology, 261, 1-14. Krajhanzl, J. 2010. Environmental and pro environmental behavior. School and Health, 211, 251-274 Kusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31. Muzaidi, I., Anggarini, E., & Prayuga, H. M. R. 2018. Studi Kasus Permasalahan Sungai Teluk Dalam, Banjarmasin. Media Teknik Sipil, 162, 108-114. Onwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141–153. Sasongko, L. A. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk Di Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya Penanganannya Studi Kasus Kelurahan Sampangan dan Bendan Ngisor Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Snyder, H. 2019. Literature Review as A Research Methodology An Overview and Guidelines. Journal of Business Research, 104, 333–339. Steg, L., Keizer, K., Buunk, A. P., & Rothengatter, T. Eds.. 2017. Applied Social Psychology. Cambridge University Press. Yenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham. ... Faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model yaitu kurangnya kesadaran norma pribadi, kesadaran konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasinya dapat digunakan yaitu pertama adanya penegakan hukum legal measures, kedua penyediaan layanan yang berkualitas [9]. ...NonistantiaSecara astronomi, Kota Bekasi terletak antara 106o48’28’’–107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’–6o30’6’’ Lintang Selatan, dan memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2 dengan batas-batas wilayah administrasi terdiri atas DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Dalam buku Kota Bekasi dalam angka Tahun 2018, jumlah penduduk sebesar jiwa, hal ini menunjukkan peningkatan 2,45 % dari tahun 2017. Ancaman yang berpeluang yakni lingkungan yang tidak sehat, tersumbatnya drainase kota dan aliran sungai yang memberikan dampak fatal yaitu banjir. Tujuan yang ingin dicapai yaitu menata sistem penanganan sampah sehingga mengurangi resiko banjir. Metode yang digunakan adalah merancang sistem bank sampah dan kegiatan pengangkutan sampah dan sedimen saluran kegiatan pematusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pematusan sepanjang 796 m per-hari atau km per-bulan perlu dilakukan oleh dinas teknis DBMSDA Kota Bekasi. Disimpulkan bahwa perancangan model penanganan sampah-sedimen secara sinergi baik masyarakat dari RT-RW yang berkoordinasi dengan dinas terkait dalam sistem pemerintahan Kota Bekasi, mampu mengurangi terjadinya resiko banjirNurul AvifahMuhimmatul HasanahManusia memiliki ikatan dengan suatu tempat yang disebut dengan place attachment. Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di ekspresikan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian yaitu masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di pilih melalui purposive sampling sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sehingga di dapatkan sebanyak 5 subjek penelitian. Pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Kredibilitas data yang digunakan menggunakan triangulasi sumber dengan membanding data wawancara subjek dengan wawancara dengan significant other. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terlihat adanya gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di tunjukkan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan subjek. Place attachment yang terjadi pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri berupa emosi positif dan negatif yang dirasakan selama tinggal di daerah Makam Sunan Giri dan tindakan untuk menjaga daerah Makam Sunan Giri Hannah SnyderKnowledge production within the field of business research is accelerating at a tremendous speed while at the same time remaining fragmented and interdisciplinary. This makes it hard to keep up with state-of-the-art and to be at the forefront of research, as well as to assess the collective evidence in a particular area of business research. This is why the literature review as a research method is more relevant than ever. Traditional literature reviews often lack thoroughness and rigor and are conducted ad hoc, rather than following a specific methodology. Therefore, questions can be raised about the quality and trustworthiness of these types of reviews. This paper discusses literature review as a methodology for conducting research and offers an overview of different types of reviews, as well as some guidelines to how to both conduct and evaluate a literature review paper. It also discusses common pitfalls and how to get literature reviews understanding of the environmental value-action gap between public servants at the central and local governments is essential for the effective implementation of environmental policies, which is limited in the extant literature. This study has adopted the norm activation model to explore the pro-environmental behaviors of public servants at the central and local governments in Taiwan. A total of 7567 valid questionnaires were collected, and significant differences were evident between public servants at the central n = 3400 and local n = 4167 governments in personal norms, awareness of consequences, ascription of responsibility, and pro-environmental behaviors. Findings revealed that personal norms were the key factors predicting pro-environmental behaviors of public servants at both the central and local governments. Results also indicated that the awareness of consequences by public servants at the central government had a direct effect on their pro-environmental behaviors, which in turn had a significant effect on their ascription of responsibility. In contrast, awareness of consequences by public servants at the local government had no significant direct effect on their pro-environmental behaviors and had only a weak positive effect on their ascription of responsibility. Jan KrajhanzlOne of important areas of interest in psychology is the so-called envi-ronmental or pro-environmental behaviour. The author offers a concept that may faci-litate orientation in the many factors that affect our environmental behaviour. He pre-sents a methodological procedure that support environmentally friendly behaviour in practice. He lists fi ve characteristics of personal relationship with nature and explains how important it is to clearly distinguish between them in both professional theory and practice. The author also emphasizes the importance of people forming a personal re-lationship with nature. In this respect, study of individual personal understanding of general terms of environmental education and the building of a common understanding seem of paramount importance. Keywords environmental behavior, proenvironmental behavior, environmentally friendly behavior, areas of environmental behavior, characteristics of the relationship to nature, the need for contact with nature, abilities for contact with nature, environmental sensitivity, general attitude to nature, environmental concernNumerous theoretical frameworks have been developed to explain the gap between the possession of environmental knowledge and environmental awareness, and displaying pro-environmental behavior. Although many hundreds of studies have been undertaken, no definitive explanation has yet been found. Our article describes a few of the most influential and commonly used analytical frameworks early US linear progression models; altruism, empathy and prosocial behavior models; and finally, sociological models. All of the models we discuss and many of the ones we do not such as economic models, psychological models that look at behavior in general, social marketing models and that have become known as deliberative and inclusionary processes or procedures DIPS have some validity in certain circumstances. This indicates that the question of what shapes pro-environmental behavior is such a complex one that it cannot be visualized through one single framework or diagram. We then analyze the factors that have been found to have some influence, positive or negative, on pro-environmental behavior such as demographic factors, external factors institutional, economic, social and cultural and internal factors motivation, pro-environmental knowledge, awareness, values, attitudes, emotion, locus of control, responsibilities and priorities. Although we point out that developing a model that tries to incorporate all factors might neither be feasible nor useful, we feel that it can help illuminate this complex field. Accordingly, we propose our own model based on the work of Fliegenschnee and Schelakovsky 1998 who were influenced by Fietkau and Kessel 1981.Based on cognitive stress theory we present a model that aims at explaining individual pro-environmental behavior environmental stressors pollution in domestic and work contexts, mediated via appraisal processes demand appraisal, self-efficacy, activate problem-focused coping. This in turn leads to pro-environmental behavior in various behavioral domains social engagement, private-sphere and workplace. Structural equation models were used to test the proposed model. Questionnaire data from Studies 1 and 2 suggest that the theory offers a good explanation of pro-environmental behavior. However, self-efficacy beliefs did not predict problem-focused coping or pro-environmental behavior. In a modified model, we hypothesized that with environmental problems as stressors, it would be collective rather than individual efficacy that determines coping attempts and pro-environmental behavior. Studies 3 and 4 found support for this modified model. Taken together the four studies lent support to our basic idea that appraisal processes activate problem-focused coping, which in turn leads to pro-environmental Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir KecamatanU AisyahAisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 TahunA AyuningtiasAyuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten GresikI L KusminahKusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31.The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental BehaviourM C OnwezenG AntonidesJ BartelsOnwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141-153. Dalam Pemaknaan Masyarakat PedesaanY YenrizalYenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham.

laporan hasil penelitian geografi tentang sampah